“Apabila musim luruh tiba, daun daun hijau berubah warna, warna cantik akhirnya tempatnya di dada bumi juga. Cuma ingin menanyakan Ayu bahwa, apabila waktunya, maka tunas baru akan menghijau akan tumbuh. Dan si kupu-kupu kembali menghisap madu pada wangian-wangian bunga.
“Rindu ini tidak akan memudar. Mesranya membangkitkan rasa segar dan membuatkan aku menjadi seorang yang kesatria. Tidak mengharapkan apa-apa, Cuma sebuah rasa bahagia sebagai tanda.”
Sejalur warna senang terukir pada dada waktu. Perjalanan waktu seolah – olah tidak pernah di nilai. Kita sepertinya tak pernah cacat-celah. Di cercah dan terhakisnya rasa sudah menjadi satu lumrah, tetapi aku tidak melihat semuanya itu sebagai unsur utama dan kepada suatu kesempurnaan. Lihatlah kesemuanya dalam bentuknya yang hakiki. Secara mutlak dan keindahannya.
Sepertinya sosok itu berlegar-legar antara ruang ke satu ruang mencari sudut-sudut yang memenuhi seleramu. Kesudahannya akan terjepit pada ruang-ruang kosong tanpa ada ruang jalan yang lapang. Terkadang berputar – putar pada suatu ruang yang sama. Kadang – kadang ia akan sampai ke garis ufuk horizontal di kaki langit. Terkadang dalam keasyikan, ia seolah terbang menuju langit tanpa ia temui saat akhir. Seringkali juga ia terbias keruang – ruang akal pikiran, ia akan terbang menuju langit bebas terbang dan ia melihat dalam pantulan air pribadi telah terpantul cahaya dari sudut - sudut yang paling halus. Halus yang seharusnya tajam adalah suatu jalan lurus yang mengelompokkan semua cahaya kebenaran.
Aku menggiring kearah ruang-ruang yang telah terbentang sekian abad dunia. Ruang ini tidak pernah binasa dan tidak terlihat dalam dirinya duka. Hijab itu ia singkapkan dengan suatu rengkuhan. Tentunya ia perlu singkapkan penemuan penuh makna. Kecantikan alami akan bercahaya. Sebenarnya, ini semua tidak dituntut dari adanya nafsu, akan tetapi oleh TAHQIQ dan TAAQUL dipandu hati sucimu itu. “Dan nikmat Tuhan mana lagikah yang Engkau dustakan?”
Jika ada walau sekalipun ia pernah merasai rasa ini, sebenarnya semua itu telah cukup menjadi bukti. Aku akur bahwa ia adalah sosok yang berani dan shalehah. Ia sangat menjaga perasaan kaum Adam untuk mengungkapkan secara sopan apa yang tersirat di dalam sangkar rahasianya. Sesungguhnya ia tidak pernah merobek, malahan ia telah membentangkan segalanya pada dada langit harapannya. Setinggi gunung manapun, seluas laut mata memandangpun, aku telah mengerti. Rasa cintanya tak akan tergantikan. Tiada unsur paksaan. Tidak ada lagi perlu ia masih bertanya – Tanya kemana perginya sang fajar kasih tatkala rindu kala pagi menyapa? Dihati ini, ia akan menjadi suatu peristiwa dan kisah cinta, dan setiap kalimat Cinta yang terpancul adalah sinar buatnya. Jika ia memahami maka ialah yang mengerti.
(Secebis Kalimat dalam Note From My Diary created by Saparuddin Sanusi)
……………………………………………………………………………………………………..
Love Is Cinta
Orang bijak Berucap
“Mencintai seseorang bukanlah apa-apa…………...
Dicintai seseorang adalah sesuatu…………………..
Dicintai oleh orang yang dicintai sangatlah berarti….
Tapi, Dicintai oleh Sang Pencipta adalah segalanya…”
Ayu, maaf. Saya tidak atau mau bilang apa? Saya tidak bisa berbicara karena mulut ini susah untuk
terbuka mengungkapkannya. Saya ingin mengucapkan TERIMA KASIH atas semua yang Ayu
berikan selama ini. Saya bahagia dan senang sekali kenal dengan keluarga Ayu, walaupun belum
akrab dan hanya mengenal sebatas nama. Banyak pelajaran dan pengalaman yang saya dapatkan dari Ayu. Saya takjub sehingga orang yang sebelumnya tidak tau arti cinta menjadi tau dengan perasaan
CINTA. Sosok yang sebelumnya buta dengan Perasaan dan Pengertian kini dapat merasakannya.
Entahlah, semuanya terasa indah dan mahsyur. Bukan memuji tetapi sekadar ingin Ayu tau.
Sosok perempuan yang berbeda, bahkan saya belum pernah terpikirkan bakal dengan sosok
perempuan yang berusaha menjadi “Perfect”. Selama ini, saya merasa meladani namun sekarang
saya meladani dari sosokmu. Pikiranmu yang matang tak sedini usia dirimu. Setahuku, perempuan diusiamu adalah perempuan yang masih beradaptasi dengan lingkungan malah ia melebihi jangkauan
dari apa yang saya pikirkan. Itulah yang membuatnya beda. Saya “salute” dengan dirinya dan saya
salute dengan sosok yang membuat dirinya seperti ini. Betapa bersyukur dan berbahagia sosok itu
yang dapat menjadikan dan menyulap pribadi Ayu yang bisa menjadi dambaan kaum adam ini.
Wajar jika cinta itu terus melekat dan tak akan tergantikan. Saya amat menghargai itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar